Agussalim, S.Pd.I
Rangkuman kesimpulan pembelajaran (Koneksi Antarmateri Modul 3.1)
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Sebagaimana kita ketahui filosofi pendidikan KHD dengan filosofi Pratap Trilokanya yaitu
Ing Ngarso Sung Tulodo ( guru memberi contoh yang baik terhadap muridnya )
Ing Madya Mangun Karso ( Guru bekerjasama dengan muridnya ),
Tut Wuri Handayani ( Guru memberikan kesempatan kepada muridnya untuk berkembang )
Filosofi Pratap Triloka khususnya ing ngarso sung tuladha ini memberikan pengaruh yang besar dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. KHD berpandangan bahwa sebagai seorang guru harus memberikan tauladan atau contoh praktik baik kepada murid. Dalam setiap pengambilan keputusan, seorang guru harus memberikan usaha keras sebagai wujud filosofi Pratap Triloka ing madyo mangun karsa dan pada akhirnya guru membantu murid untuk dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri. Guru hanya sebagai pamong yang mengarahkan murid menuju kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan filosofi Pratap Triloka Tut Wuri Handayani. Sebagai pendidik, maka kita harus menyadari dan meyakini bahwa setiap anak membawa kodratnya masing-masing. Pendidik hanya perlu menuntun segala yang ada pada anak, mengarahkan dan memberi dorongan supaya anak dapat berproses dan berkembang. Di dalam proses pendidika menuntun anak, pendidik akan memberikan kebebasan pada si anak, dalam hal ini guru sebagai pamong memberikan tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar,
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Setiap guru seyogyanya memiliki nilai-nilai positif yang sudah tertanam dalam dirinya. Guru sebagai pemimpin dalam pengambilan keputusan sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya. Penting bagi guru untuk dapat memupuk nilai-nilai positif dalam dirinya yang nantinya akan menjiwai setiap keputusan yang diambil. Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita sebagai guru, tentunya akan berpengaruh kepada prinsip-prinsip didalam pengambilan keputusan. Nilai-nilai yang akan membimbing dan mendorong pendidik untuk mengambil keputusan yang tepat dan benar. Nilai-nilai positif tersebut seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya
Dengan langkah coaching TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Konsep coaching TIRTA sangat ideal apaila dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil. Pembimbingan yang telah dilakukan oleh pendamping atau fasilisator telah membantu saya berlatih mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid, apakah sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal, apakah keputusan yang diambil bermanfaat untuk banyak orang dan apakah keputusan yang diambil tersebut dapat dipertanggung jawabkan.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Pada saat pengambilan keputusan dilakukan, seorang guru perlu memiliki kemampuan dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional agar proses pengambilan keputusan dilakukan dengan kesadaran penuh, sadar dengan berbagai pilihan yang akan terjadi. Ketika seorang guru telah menguasai pengetahuan dan keterampilan serta sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional, maka di saat keputusan diambil, tujuan yang diharapkan adalah tujuan positif, keputusan yang diambil adalah keputusan yang bertanggung jawab. Kesadaran akan aspek sosial emosional di saat mengambil keputusan juga dapat menekan perilaku seorang guru terutama saat dihadapkan permasalahan yang mengandung dilema etika. Di saat guru dihadapkan pada kasus tertentu yang menuntutnya untuk memberi keputusan, mekanisme otak akan mengarahkan diri untuk berhenti, kemudian menarik nafas panjang, hingga memberikan waktu untuk memahami dengan baik kasus yang dihadapi. Guru juga akan mencari tahu apa yang dirasakan murid dan mau mendengarkan dengan penuh perhatian. Respon guru yang berkesadaran penuh inilah yang akan mempengaruhi keputusan yang diambil.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Dalam menjalankan perannya, sebagai seorang pendidik tentunya akan selalu dihadapkan pada situasi masalah yang mengandung dilema etika maupun bujukan moral. Ketika mengalami situasi ini, maka diperlukan 4 paradigma dilema etika, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sehingga pendidik bisa mengambil keputusan yang tepat dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Pengambilan keputusan ini tentunya tergantung/dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianut oleh seorang pendidik. Nilai-nilai yang dianut ini akan memberikan pengaruh kepada cara kita dalam mengambil keputusan. Sebagai seorang pendidik, nilai-nilai yang kita miliki akan mempengaruhi keputusan yang diambil dengan mempertimbangkan banyak hal dan melalui beberapa langkah pengujian keputusan sebelum benar-benar membuat keputusan.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan yang tepat tentunya akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman bagi lingkungan sekitar. Berdasarkan materi yang sudah kita pelajari pada modul 3.1 ini, untuk pengambilan keputusan yang tepat setidaknya melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian yang harus dilakukan sebelum pengambilan keputusan. Harapannya setelah melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan ini maka akan didapatkan keputusan terbaik dengan resiko yang sekecil-kecilnya sehingga akan tercipta suasana baik, kehidupan yang harmonis dan pada akhirnya akan tercipta lingkungan positif yang kondusif, aman dan nyaman.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan-tantangan di lingkungan saya untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika pasti ada. Tantangan ini berkaitan erat dengan perubahan paradigma dan budaya sekolah yang sudah mengakar puluhan tahun lamanya. Tantangan tersebut adalah berhubungan dengan sistem yang memaksa pengambilan keputusan yang dilakukan dengan tergesa-gesa sehingga keputusan tersebut kurang menunjukkan keberpihakan pada murid. Tantangan berikutnya berhubungan erat dengan kurangnya komitmen bersama dalam berpartisipasi untuk mengambil keputusan dalam penyelesaian masalah dan komitmen untuk menjalankan hasil dari keputusan bersama. Selain itu, sulitnya menyatukan pendapat banyak orang yang mempunyai pandangan berbeda pasti membawa tantangan tersendiri, hal ini berarti akan tetap ada pihak yang tidak puas terhadap keputusan yang sudah diambil.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Keputusan haruslah bermuara pada murid Ketika sebuah keputusan dibuat dengan mengedepankan kepentingan dan kebutuhan murid maka akan terwujud pembelajaran yang memerdekakan murid. Untuk mengakomodasi potensi murid kita yang berbeda-beda, pembelajaran berdiferensiasi adalah solusinya. Apabila seorang guru telah memutuskan dan memilih pembelajaran yang berdiferensiasi, dimana kebutuhan peserta didik dapat terakomodasi secara keseluruhan, maka pembelajaran yang memerdekaan murid-murid akan tercapai.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Guru dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran harusnya memikirkan kebutuhan murid dan keberpihak pada murid. Setiap keputusan yang diambil harusnya berdasarkan pada pemetaan kebutuhan belajar murid, sehingga dapat menggali potensi yang dimiliki dengan mampu mengembangkan kemampuan yang sesuai dengan bakat minatnya serta sesuai dengan kodrat alam kodrat zamannya. Seorang pemimpin pembelajaran yang mengambil keputusan dengan tepat dengan keberpihakannya pada murid akan menciptakan kondisi ideal yang memberikan dampak akhir mewujudkan pembelajaran yang well-being untuk masa depan yang lebih baik.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Patrap triloka yang diciptakan oleh Ki Hajar Dewantara terdiri atas tiga semboyan yaitu Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani adalah suatu pedoman/panduan yang bisa digunakan oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran untuk mengambil keputusan untuk pembelajaran yang dilakukannya.
.
Pengambilan keputusan yang tepat akan menciptakan suasana yang kondusif, lingkungan yang positif yang akan mewujudkan kemerdekaan dalam belajar yang akan mendukung murid untuk melakukan merdeka belajar. Untuk mengakomodasi potensi murid kita yang berbeda-beda, pembelajaran berdiferensiasi adalah solusinya. Apabila seorang guru telah memutuskan dan memilih pembelajaran yang berdiferensiasi, dimana kebutuhan peserta didik dapat terakomodasi secara keseluruhan, maka pengajaran yang memerdekaan murid-murid akan tercapai
Keterampilan guru dalam menerapkan KSE dalam pembelajaran, maupun dalam kehidupan sehari-hari akan memberikan pengaruh yang positif dalam mengambil keputusan yang tepat. Keterampilan coaching akan membantu guru dalam membuat keputusan yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan karena setiap keputusan yang diambil sebagai pemimpin pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap masa depan muridnya.
Dalam kita menjalankan peran sebagai guru,kita selalu dihadapkan dalam suatu masalah yang mengandung dilemma etika dan bujukankan moral, Ketika mengalami situasi ini, maka diperlukan 4 paradigma dilema etika, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sehingga pendidik bisa mengambil keputusan yang tepat dengan resiko yang sekecil-kecilnya dan memberikan manfaat yang lebih baik bagi banyak orang.
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Setelah mempelajari modul 3.1 saya lebih mampu memahami dan menganalisis kasus yang termasuk Bujukan moral (benar lawan salah) dan Dilema etika (Benar lawan benar tapi bertentangan).
Paradigma dilema etika yaitu
Individu lawan kelompok
Rasa keadilan lawan rasa kasih saying
Kebenaran lawan kesetian
Jangka pendek lawan jangka panjang
prinsip pengambilan keputusan yaitu prinsip
berpikir berbasis hasil akhir (end-based thinking),
berpikir berbasis peraturan (rules-based thinking),
berpikir berbasis rasa peduli (care-based thinking) dengan kasus yang berbeda-beda.
Pengujian benar atau salah
Uji Legal (apakah kasus tersebut melanggar hukum)
Uji Regulasi (Apakah kasus tersebut ada melanggar kode etik profesi)
Uji intuisi.(tidak ada yang salah semua benar
Uji publikasi (Apakah orang yang mempunyai kasus tersebut nyaman jika di viralkan
Uji panutan (Kita akan membayangkan keputusan apa yang akan diambi olehpanutan kita jika menghadapi kasus tersebut
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Sebelum mempelajari modul ini saya pernah dihadapkan pada masalah yang berhubungan dengan dilema etika, tetapi bukan sebagi pemimpin. Sebelumnya, saya belum tahu prinsip apa yang saya gunakan. Setelah mempelajari modul ini, ternyata saya pernah menggunakan 3 prinsip pengambilan keputusan yaitu prinsip berpikir berbasis hasil akhir (end-based thinking), berpikir berbasis peraturan (rules-based thinking), dan berpikir berbasis rasa peduli (care-based thinking) dengan kasus yang berbeda-beda.
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Dampak nyata yang saya rasakan adalah saya lebih mampu menganalisis kasus/masalah yang dihadapi termasuk dalam bujukan moral atau dilema etika sehingga akan lebih memudahkan arah saya dalam pengambilan keputusan yang tepat sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Saya akan berusaha menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sehingga bisa mengambil keputusan yang paling tepat.
Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Dengan mempelajari topik modul 3.1 saya menjadi lebih memahami jika dalam proses pengambilan sebuah keputusan perlu dilakukan dengan alur yang jelas dan runtut, dan langkah awal paling penting adalah mengidentifikasi masalah tersebut termasuk dalam bujukan modal atau dilema etika sehingga akan memudahkan arah dan tujuan pengambilan keputusan agar tidak membuat kita terjebak dalam kondisi yang salah yang membuat pengambilan keputusan juga tidak tepat. Jadi mempelajari topik modul ini bagi saya sebagai seorang individu dan seorang pemimpin sangatlah penting.